Pro kontra pakaian bekas sudah menjadi topik yang berulang kali dibahas. Pemerintah melarang peredaran pakaian bekas dengan alasan merusak pasar dalam negeri. Sementara, masyarakat penyuka pakaian bekas beralasan bahwa kualitas pakaian bekas jauh di atas kualitas pakaian baru “made in Indonesia”. Harga pakaian bekas pun worth to buy.
Jujur, dulu saya penyuka barang bekas, baik itu pakaian, tas, atau sepatu. Bahkan, jika saya sedang berada di kota tertentu, saya selalu menyempatkan diri menelusuri pasar pakaian bekas di kota itu. Seperti pasar pakaian bekas di Pasar Atas Bukittinggi, monja di Medan, toko-toko pakaian bekas di Yogyakarta, lapak-lapak pakaian bekas di Pasar Senen, Jakarta, bahkan waktu ke Kuala Lumpur pun saya sempat window shopping di lapak pakaian bekas di sana (saya lupa nama areanya). Kalau di Pekanbaru, nggak perlu ditanyakan lagi. Gue sampai hafal sudut-sudut Pasar Kodim. Hehehe…
Teman-teman di kampus pun mengetahui kalau saya suka beli baju PJ (istilah baju bekas di Pasar Kodim). Malu? Nggak, saya ngga malu. Bahkan mereka ikut terpengaruh beli baju PJ juga haha… I hope it doesn’t have a bad influence on you guys 😀
More
Today is the Day When Someone Gives A Kindness Advice is Completely Bullied!
25 Sep 2018 Leave a comment
by tulisandila in sharing is caring, speaKUp Tags: Allah, alquran, baik, berisik, bodoh, buli, bullied, bully, bullying, buruk, Caci, comment, diam, diri sendiri, firman, fitnah, hadist, instagram, Islam, komentar, nasehat, netizen, Rasulullah, zaman
I think you have known what I want to share on this post from the title I wrote above.
Well, ceritanya saat instagram-ing saya nggak sengaja ketemu postingan salah satu artis yang pakaiannya (menurut saya) sexy banget untuk adat dan norma masyarakat Indonesia. Nah, salah satu netizen berkomentar bahwa gimana jadinya kalau kita nanti dipanggil oleh yang Maha Kuasa namun kita belum sempet menghapus foto-foto seksi kita. Yah, initinya jadi dosa jariyah lah.
As you know, kalau ada yang kasih komentar seperti itu DIZAMAN INI pasti deh komentar lain bertubi-tubi datang menyerang. Sekilas yang saya baca, ada yang bilang “sok suci” lah, “berisik” lah, “nyinyir” lah, dan yang paling banyak komentarnya adalah “urus aja diri lo sendiri”.
*Geleng-geleng kepala*
Antara prihatin, sedih, dan kecewa. Ada orang yang kasih saran baik, namun dibalas dengan hate speech, bullied, caci-maki. Sungguh benar perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa zaman ini adalah zaman fitnah. Generasi saat ini adalah generasi akhir zaman yang penuh dengan fitnah.
Mungkin banyak di antara kita yang mengalami hal semacam ini. Saling menasehati dalam kebaikan, namun orang-orang yang–mungkin mereka belum paham (berilah udzur kepada saudaramu) malah memandang sinis bahkan aneh apa yang kita sampaikan.
Dan… Tidak ada jalan yang paling baik dalam menghadapi mereka selain diam. Diam bukan berarti kalah, diam saat dicaci adalah tanda orang berakal. Dan diam alias tidak menjawab orang yang bodoh itu sendiri adalah sebuah jawaban. 🙂
Semoga Allah Tabaraka wa Ta’ala selalu memberikan hidayah kepada kita, merahmati, dan menaungi kita dalam kebaikan.
©Novia Faradila 25092018
Rate this: