Pro Kontra Pakaian Bekas

Pro kontra pakaian bekas sudah menjadi topik yang berulang kali dibahas. Pemerintah melarang peredaran pakaian bekas dengan alasan merusak pasar dalam negeri. Sementara, masyarakat penyuka pakaian bekas beralasan bahwa kualitas pakaian bekas jauh di atas kualitas pakaian baru “made in Indonesia”. Harga pakaian bekas pun worth to buy.

Jujur, dulu saya penyuka barang bekas, baik itu pakaian, tas, atau sepatu. Bahkan, jika saya sedang berada di kota tertentu, saya selalu menyempatkan diri menelusuri pasar pakaian bekas di kota itu. Seperti pasar pakaian bekas di Pasar Atas Bukittinggi, monja di Medan, toko-toko pakaian bekas di Yogyakarta, lapak-lapak pakaian bekas di Pasar Senen, Jakarta, bahkan waktu ke Kuala Lumpur pun saya sempat window shopping di lapak pakaian bekas di sana (saya lupa nama areanya). Kalau di Pekanbaru, nggak perlu ditanyakan lagi. Gue sampai hafal sudut-sudut Pasar Kodim. Hehehe…

Teman-teman di kampus pun mengetahui kalau saya suka beli baju PJ (istilah baju bekas di Pasar Kodim). Malu? Nggak, saya ngga malu. Bahkan mereka ikut terpengaruh beli baju PJ juga haha… I hope it doesn’t have a bad influence on you guys 😀

More

Living in Harmony with Noise

My husband and I have lived in our current rental home for more than two years. We enjoy staying at this place because the atmosphere is comfortable, good neighbors, and the environment is quite calm.

Wait… What!? Calm? Okay… Let’s talk about it!

At first we thought so. However, after the birth of our first child, it’s not the same anymore! In fact, our residence isn’t quiet enough for our baby. The vehicles passing by, the neighbors opening and closing their fences, the voices of children, all of this really disturbed our baby’s sleep. He always woke up when he heard those noises.

Annoyed? Angry? Yes, I had felt that. My baby are affected with the noise they made. Poor baby! But, what else can I do. Life as a neighbor is not always as smooth as we would like it to be. If you want to live quietly without the disturbance of other people, just live in the forest! 😀

I’m looking for a way so that my baby can sleep peacefully. I put his bedtime back in the morning. I waited for my neighbors to go to work because at that time the sound of their vehicles and fences was quite disturbing.

Alhamdulillah, biiznillah, my baby can sleep more peacefully. My heart is also calmer. Saya pun tidak se-misuh-misuh seperti sebelumnya. Hitung-hitung belajar sabar juga. Hehehe…

Living in harmony with noise, that’s the life I’m living right now as a new mom.[]

❤️ Dila

GALAU

rain-drops-336527-300x225

Beberapa dekade belakangan ini kata galau begitu populer dan selalu identik dengan perkara asmara. Apa-apa galau, dikit-dikit galau. Lagi suka, galau. Lagi patah hati, galau. Well, mungkin kita akan merasa malu, setelah mengetahui galaunya para salafus sholeh itu seperti apa…..

Imam At-Tirmidzi, beliau menangisi amalan-amalannya hingga buta menjelang akhir hayatnya. Kendati beliau seorang ulama hadist, tetap saja beliau merasa sangat kurang dalam beramal dan sangat banyak dosanya, hingga tak kuasa menahan tangisnya.

Imam An-Nawawi, beliau khawatir begitu banyak amanat ummat yang dibebankan kepadanya, hingga beliau tidak berkesempatan menikmati surga dunia, yakni menikah.

Bilal bin Rabbah, tidak ingin lagi mengumandangkan adzan setelah wafatnya Rasulullah karena tidak kuasa menahan tangisnya yang jusru akan membuatnya semakin rindu kepada Rasulullah.

Galau karena dilanda asmara itu receh! Itu terlalu kekanak-kanakan. Simpan galaumu untuk memikirkan kondisi umat yang semakin dilanda keterpurukan.

Disarikan dari buku yang berjudul #mngrskntgskl

Jakarta, 14012019

❤ Dila

Tak Perlu Sekedar Singgah (Buat Akhwat, Stop Baper)

Straight to the point ya…

Beberapa tahun belakangan kita sudah tidak heran lagi dengan fenomena “ikhwan dan akhwat mencari jodoh”. Tiap kali ada kajian tentang jodoh nih, yang hadir banyaaak… Yang nanya ke ustadz juga banyaaak… Bahkan, kajian yang temanya nggak tentang jodoh pun adaaa aja yang nanya tentang tema itu.

Nah, saking maraknya fenomena “mencari bakat jodoh” ini, marak pula istilah “ikhwan caper akhwat baper”, “ikhwan modus”, “ikhwan bakwan”, dan lain-lain. Afwan ya, saya lebih banyak menyinggung istilah ikhwan karena (menurut saya) memang begitulah adanya… Hehehe :)) . Beberapa cerita pernah saya dengar, bahkan beberapa kali saya mengalaminya sendiri. Pegel!

Biasanya kejadian berawal dari sosial media. Modus ikhwannya kelihatan kok! Mulai dari minta kenalan. Kalau nggak kita tanggepin, si dia mulai komen ini itu di postingan kita, atau nge-like postingan-postingan kita yang jadul which is he wanna show you that “gue scrolling en perhatiin postingan lu sampe habis loh”. Dengan harapan si dia terlihat “kepo” sama kamu dan kamu seneng dikepoin. Wkwkwk…

Nah, setelah itu, kalau misalkan kita tanggepin nih, dia mulai deh nanya ini itu, minta kenal lebih jauh, nanya udah punya pasangan apa belum dan lain-lain dan lain-lain… Hingga pada akhirnya dia bilang More

Today is the Day When Someone Gives A Kindness Advice is Completely Bullied!

I think you have known what I want to share on this post from the title I wrote above.

Well, ceritanya saat instagram-ing saya nggak sengaja ketemu postingan salah satu artis yang pakaiannya (menurut saya) sexy banget untuk adat dan norma masyarakat Indonesia. Nah, salah satu netizen berkomentar bahwa gimana jadinya kalau kita nanti dipanggil oleh yang Maha Kuasa namun kita belum sempet menghapus foto-foto seksi kita. Yah, initinya jadi dosa jariyah lah.

As you know, kalau ada yang kasih komentar seperti itu DIZAMAN INI pasti deh komentar lain bertubi-tubi datang menyerang. Sekilas yang saya baca, ada yang bilang “sok suci” lah, “berisik” lah, “nyinyir” lah, dan yang paling banyak komentarnya adalah “urus aja diri lo sendiri”.

*Geleng-geleng kepala*

Antara prihatin, sedih, dan kecewa. Ada orang yang kasih saran baik, namun dibalas dengan hate speech, bullied, caci-maki. Sungguh benar perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa zaman ini adalah zaman fitnah. Generasi saat ini adalah generasi akhir zaman yang penuh dengan fitnah.

Mungkin banyak di antara kita yang mengalami hal semacam ini. Saling menasehati dalam kebaikan, namun orang-orang yang–mungkin mereka belum paham (berilah udzur kepada saudaramu) malah memandang sinis bahkan aneh apa yang kita sampaikan.

Dan… Tidak ada jalan yang paling baik dalam menghadapi mereka selain diam. Diam bukan berarti kalah, diam saat dicaci adalah tanda orang berakal. Dan diam alias tidak menjawab orang yang bodoh itu sendiri adalah sebuah jawaban. 🙂

“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf: 199)

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, salam bagimu, kami tidak ingin (bergaul) dengan orang-orang bodoh.” (Al-Qashas: 55)

Semoga Allah Tabaraka wa Ta’ala selalu memberikan hidayah kepada kita, merahmati, dan menaungi kita dalam kebaikan.

©Novia Faradila 25092018

Previous Older Entries