Bertetangga di Surga

Pernahkah engkau merasa canggung untuk menghubungi seseorang yang pada mulanya seseorang tersebut adalah orang yang dekat denganmu ? Oh… tidak. Saya tidak sedang membahas mantan pacar anda di sini. Ini lebih kepada: sahabat, teman-teman terdekat.

Di awal mula ketika engkau menyadari akan memasuki masa pra dewasa, maka boleh jadi engkau termasuk di antara yang gemar akan memperbanyak teman. Namun pada masa itulah, engkau akan menjumpai yang sejalan dengan hatimu. Tidak banyak. Mungkin hanya satu atau dua. Namun tidak sampai lima. Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda

Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). (Oleh karena itu), jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berbeda (berpisah) [Al-Bukhari no. 3336] . . .

Pada masa itu, kita boleh jadi didekatkan dengan orang-orang yang ditakdirkan menjadi teman, atau bahkan sahabat. Karena merekalah yang sejiwa dengan kita. Ruh dengan tipe yang serupa. Namun seiring lengan jam dinding bergerak memutar, ketika itulah para pemilik nafas itu terpahat, di tempat yang berbeda. Di bumi yang berupa-rupa. Lalu pelan-pelan ikatan itu memudar.

Dulu, boleh jadi seorang dengan seorang lainnya akan selalu membersamai satu dan lainnya. Namun kini, untuk kembali menyapa saja, sudah segan.

Dan, apa kabar engkau di sana duhai kawan? rekan jauh? Semoga baik-baik saja. Mudah-mudahan kelak kita bertetangga di Surga.[]

*Disadur

❤ Dila

16122018 2325

Tak Perlu Sekedar Singgah (Buat Akhwat, Stop Baper)

Straight to the point ya…

Beberapa tahun belakangan kita sudah tidak heran lagi dengan fenomena “ikhwan dan akhwat mencari jodoh”. Tiap kali ada kajian tentang jodoh nih, yang hadir banyaaak… Yang nanya ke ustadz juga banyaaak… Bahkan, kajian yang temanya nggak tentang jodoh pun adaaa aja yang nanya tentang tema itu.

Nah, saking maraknya fenomena “mencari bakat jodoh” ini, marak pula istilah “ikhwan caper akhwat baper”, “ikhwan modus”, “ikhwan bakwan”, dan lain-lain. Afwan ya, saya lebih banyak menyinggung istilah ikhwan karena (menurut saya) memang begitulah adanya… Hehehe :)) . Beberapa cerita pernah saya dengar, bahkan beberapa kali saya mengalaminya sendiri. Pegel!

Biasanya kejadian berawal dari sosial media. Modus ikhwannya kelihatan kok! Mulai dari minta kenalan. Kalau nggak kita tanggepin, si dia mulai komen ini itu di postingan kita, atau nge-like postingan-postingan kita yang jadul which is he wanna show you that “gue scrolling en perhatiin postingan lu sampe habis loh”. Dengan harapan si dia terlihat “kepo” sama kamu dan kamu seneng dikepoin. Wkwkwk…

Nah, setelah itu, kalau misalkan kita tanggepin nih, dia mulai deh nanya ini itu, minta kenal lebih jauh, nanya udah punya pasangan apa belum dan lain-lain dan lain-lain… Hingga pada akhirnya dia bilang More

The Power of Istikharah

images965053445.jpeg

Istikharah menurut saya adalah the best medicine bagi mereka yang sedang galau, bingung, ragu-ragu ketika bertemu suatu perkara atau urusan. Mengapa? Karena pada saat seseorang istikharah, maka ia sedang berhadapan dengan Rabbul ‘Alamin. Ia sedang meminta petunjuk kepada Yang Maha Memberi Petunjuk. So, adakah jawaban yang lebih baik selain jawaban dari Yang Maha Tahu? Obviously, no!

Hal ini lah yang saya rasakan baru-baru ini. So, kalau ada yang berntanya, “emang istikharah itu manjur?”, “emang istikharah itu bisa ngasih solusi?”. Well, saya berani jawab: IYA BISA!

Mungkin saya tidak perlu cerita panjang lebar tentang apa yang saya tanyakan kepada Allah. Intinya, selama tujuh bulan saya terombang-ambing dengan perasaan dan pikiran saya sendiri. Namun, setelah benar-benar istikharah, apa yang saya galaukan bener-bener hilang. Ploong! Alhamdulillah.

Dari kejadian tersebut saya dapat belajar bahwa inti dari istikharah adalah ikhlas, pasrah, serta kelapangan hati. Pada saat sholat istikharah, hadapkanlah hati yang ikhlas dan pasrah kepada Allah. Serahkan seutuhnya kepada Allah. Usahakan jangan ada rasa “maksa” atau “ngotot” atas apa yang kita inginkan. Biarkan Allah yang menentukan caraNya, tugas kita hanya berusaha dan berdoa.

Mungkin saya galau selama tujuh bulan ya karena itu… Karena saya masih ngotot dengan apa yang saya inginkan. Di bibir bilang “ya Allah berikanlah yang terbaik, tunjukkan jalan terbaik”, tapi di hati More

Laa Tadzarnii Fardan

img_20181209_1834312098821685.jpg

Rabbi laa tadzarnii fardan… Saya pikir tidak ada manusia di bumi ini yang ingin hidup sendiri. Fitrah manusia adalah bersama, berkumpul, bersosialisasi, termasuk ingin memiliki orang-orang yang dia sayangi. Yang dengan demikian mereka dapat saling berbagi, menyayangi, melanjutkan hidup.

Rabbi laa tadzarnii fardan… Bahkan seorang nabi pun tak ingin sendiri. Lihatlah Nabi Dzakariya. Betapa ia ingin memiliki putera, namun di sisi lain ia telah lanjut usia dan istrinya mandul pula. Namun, hal itu tidak menyurutkan tekadnya. Ia pun berdoa dengan doa yang sangat indah. Rabbi laa tadzarnii fardan wa anta khairur waaritsin. Masyaa Allah.

Rabbi laa tadzarnii fardan… Jika seorang nabi saja berdoa demikian, bagaimana dengan kita? Jika seorang nabi membutuhkan keturunan untuk melanjutkan perjuangannya, lantas bagaimana dengan kita? Apalagi bagi yang belum menemukan pelengkap diin-nya.[]

Ya Rabbi laa tadzarnii fardan wa anta khairur waaritsin…[]

Kota Batu, 04122018

❤ Dila