92% Hubungan Berakhir Karena Ini

image

92% of relationships end because of this..

Banyak hal yang kita lakukan dan mungkin tanpa kita sadari malah membuat hubungan yang sedang kita jalani berakhir. Beberapa di antaranya, yakni:

♥ Mereka (pasangan) masih melihat seseorang yang menarik
♥ Anda ingin pasangan mengubah penampilan mereka
♥ Menjadi single/lajang tampak lebih mudah
♥ Anda sering bertengkar
♥ “Berkah yang tidak direncanakan” (contoh: hamil di luar nikah)
♥ Belum siap untuk menikah
♥ Tidak memiliki kesamaan
♥ Keduanya memiliki jadwal yang berbeda
♥ Pasangan tidak membuat Anda bahagia sepanjang waktu.

■ They still notice an attractive person
■ You want them to change their appearance
■ Being single seems easier
■ You had a fight
■ “Unplanned blessing”
■ Not ready for marriage
■  You don’t have everything in common
■ You have different schedules
■ They don’t make you happy all the time

Well, sebuah hubungan yang baik tercipta jika keduanya memiliki tekad yang kuat untuk menciptakannya. Maybe there’s many people that have a bad relationship before, but remember, ketika kita berusaha memperbaiki diri, belajar dari kesalahan sebelumnya, maka mudah-mudahan kita juga diberikan jalan untuk bertemu dengan orang yang sesuai dengan yang kita harapkan.[]

>> like.com
©dilanovia 01082013 01:21

Antara Pengorbanan dan Keikhlasan

image

Sudah bukan fenomena baru di mana manusia terkadang bingung menghadapi dan memilih satu di antara dua pilihan yang dianggapnya baik. Manusia terkadang sulit menentukan suatu pilihan yang sama-sama menguntungkan untuknya, untuk keluarganya, atau untuk orang-orang yang berada di sekitarnya. Menurut saya itu lumrah karena manusia memiliki keterbatasan pengetahuan. Jika mereka tahu pilihan yang menurutnya itu baik, padahal ke depannya malah membuat mereka terperosok, tentu pilihan tersebut tidak akan dipilih. Ya, manusia hanya bisa memperedikdi. Tuhanlah yang memberikan keputusan.
Berbicara masalah pengorbanan. Sering saya mendengarkan, bahkan saya sering juga mengutarakannya. “Memang untuk mendapatkan sesuatu itu, harus mengorbankan sesuatu yang lain”. Yah, pengorbanan itu bisa saja waktu, tenaga, atau pikiran. Ketika seseorang ingin bersungguh-sungguh mendapatkan sesuatu, ketiga pengorbanan itu saya rasa tidak ada apa-apanya jika mereka bersungguh-sungguh dalam niat dan perbuatan.
Namun, bagaimana jika pengorbanan tersebut bukan ketiga hal yang di atas? Misal, seseorang ingin bekerja di perusahaan A, tapi dia juga ingin bekerja di perusahaan B. Setelah mempertimbangkan baik-buruknya, dia tetap tidak bisa memutuskan pekerjaan apa yang akan ia pilih. Dia pun bingung perusahaan apa yang akan dia korbankan. Sementara dia juga tidak tahu bagaimana hasilnya ketika memilih salah satu dari perusahan tersebut.
Mengorbankan satu dari dua pilihan yang sama-sama disukai memang sulit. Itulah yang saya rasakan saat ini. Semasa kecil dulu, ketika sulit menentukan pilihan saya tinggal menghitung buah baju. Namun sekarang, menentukan nasib hidup ke depan tak bisa hanya sekedar menghitung buah baju 🙂
Ya, itulah manusia, itulah saya, itulah kita semua. Kita sulit menentukan pilihan yang sama-sama baik menurut kita. Padahal ada yang lebih mengetahui segala sesuatu. Begitulah yang dikatakan di dalam Al Quran. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”. (QS Al-Baqarah : 216)
Betapa terbatasnya pikiran kita. Betapa tidak validnya prediksi kita. Hal yang baik menurut akal manusia, belum tentu baik, begitu pula sebaliknya. Dan pengorbanan, ketika dihadapkan oleh dua pilihan, betapa pun baiknya itu menurut kita ya memang harus dikorbankan. Mudah-mudahan apa yang kita korbankan tersebut kembali dengan hal yang lebih baik lagi.
Satu hal lagi yang harus ada adalah rasa ikhlas. Ikhlas melepas sesuatu yang baik menurut kita. Memang untuk mengikhlaskan sesuatu yang sangat kita inginkan itu sulit sekali. Belajar menjadi ikhlas adalah pelajaran yang tidak akan ada habisnya, tidak ada tamat-tamatnya hingga tamat pula hidup orang yang bersangkutan. Ikhlas juga merupakan salah satu ujian manusia untuk “naik kelas”. Ikhlas mengajarkan manusia untuk sabar, bahkan ketika pengorbanan yang dia lakukan belum mendatangkan kebaikan sebagaimana yang dia haralkan. Begitulah ujian Tuhan.
Yah, harus mengorbankan sesuatu dan ikhlas menerima hasilnya kelak (baik atau belum baik) adalah hal yang harus saya persiapkan. Ntahlah, hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi. Namun, sebagai manusia biasa, kadoNya yang terindahlah yang sangat saya harapkan 🙂
Oh, my friend once said that people should pray istikharah when they hesitate to make a choice. I want to do that. Insyaallah.[]

©dilanovia 28072013 03:31

Indahnya Nikmat Lupa

image

Berbagai kisah terus bergulir dalam hidup setiap insan. Hidup saya, hidup Anda, hidup kalian, hidup mereka. Ada dulu, ada sekarang. Dulu ada peristiwa yang teramat spesial. Rasanya tak ingin melupakannya seumur hidup. Namun sekarang peristiwa itu sepertinya biasa saja. Semua hilang terkikis lupa.
Lupa, sebuah nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Saya menyadari ini dari sebuah artikel islami. Awalnya tidak percaya atau lebih tepatnya ‘heran’, mengapa lupa bisa dikatakan sebuah ‘nikmat’. Ternyata contoh yang dipaparkan dalam artikel ini menggiring saya untuk mengerti. Misal, ketika kita merasa kesal atau marah dengan seseorang, hari ini rasanya marah itu hingga ke ubun-ubun. Tapi, sejam, dua jam, lima jam, besok, atau besoknya lagi, amarah tersebut semakin pudar. Seakan apa yang telah mereka perbuat tidak terlalu masalah bagi kita. Kenapa? Karena Allah memberikan nikmat lupa. Lupa akan kesalahan orang lain yang pernah mereka perbuat kepada kita. Dan mengajarkan kita untuk ikhlas memaafkan.
Nikmat lupa juga menggiring kita untuk tidak merasa dendam dengan sesama. Dengan orang yang mungkin pernah menzalimi kita. Dengan orang yang pernah mempermalukan kita. Adanya lupa dapat mengikis semua rasa-rasa yang dapat mengakibatkan hati menjadi busuk. Seperti kata Opick, bila hati busuk, pikiran jahat merasuk. Akhlak kian terpuruk. Jadi makhluk terkutuk. Astaghfirullah!
Nah, nikmat lupa juga penting sekali dalam sebuah hubungan yang kandas. Apalagi bagi remaja-remaja yang sedang tumbuh atau lebih tepatnya, sedang mengalami masa pubertasi. As you know, ketika remaja-remaja sedang puber, mereka sering diibaratkan dengan jerawat, jatuh cinta, cinta monyet, putus, galau, patah hati, dan sebagainya. Sehingga ada yang mengistilahkan remaja yang demikian dengan sebutan, “Ababil” a.k.a ABG Labil.
Lupa sangat penting bagi remaja yang sedang kasmaran karena yang namanya remaja tentu masih dalam tahap pencarian. Banyak remaja-remaja galau yang meronta-ronta di media sosial karena diputuskan pacar. Tapi, apakah selamanya mereka seperti itu? Jawabannya, tidak!
Lupa menggiring mereka untuk memperbaiki perasaan, memaafkan, menerima dengan sabar dan ikhlas. Lupa membuat mereka juga memperbaiki diri, meminimalisir kekurangan dengan menggali potensi-pontensi yang ada di dalam diri.
Saya rasa setiap orang dalam masa-masa pacaran pasti pernah merasakan bahwa pasangannya adalah yang terbaik, tidak sanggup rasanya berpisah dengan dia, tidak sanggup hidup tanpanya, tidak sanggup sehari saja tidak berjumpa atau berkomunikasi, bahkan tidak sanggup membayangkan jika kekasih kita suatu saat nanti dimiliki oleh orang lain.
Ya, saya rasa banyak yang berpikiran demikian karena dulu saya juga begitu. Tapi, ketika semua ketakutan-ketakutan itu datang menjadi kenyataan, toh sampai detik ini saya masih baik-baik saja. Begitu juga dengan Anda, kan? Memang, awalnya merasa terpukul. Sehari, dua hari, seminggu, bahkan ketika galau tiba sudah sebulan pun rasa sakit itu tiba-tiba datang.
Perbedaannya, rasa sakit itu tidak terasa sakit seperti sakit di awal. Perlahan rasa sakit itu hilang. By proces, by the time, semuanya pulih. Saat ini juga rasanya biasa saja. Karena apa? Tuhan memberikan kita nikmat lupa. Dan saya sangat bersyukur diberikan nikmat tersebut. Alhamdulillah.
Jadi, jangan berpikir kalau lupa itu tidak ada manfaatnya. Jangan berpikir lupa itu sebuah musibah. Karena ada kalanya lupa itu sebuah nikmat, sebuah anugrah yang Tuhan berikan untuk hambaNya. Yang jelas, setiap ujian yang melanda adalah pembelajaran agar kita semakin bijak dan dewasa. Dan setiap ujian pasti ada penawarnya 🙂
Tapi ingat, jangan permainkan lupa pada hal-hal yang tak sepatutnya. Contoh, lupa sama hutang. Kalau itu mah bahaya. 🙂 []

©dilanovia 22072013 06:56

Antara Saya, Karir, dan Kredibilitas Media

kulitintaBanyak yang berpikir, mahasiswa komunikasi jurusan jurnalistik pula, sudah barang tentu kerja di media minimal sebagai wartawan. Tapi, fenomenanya tidak demikian. Honestly, saya sebagai mahasiswa jurnalistik (maaf) malah enggan kerja di media. Melihat praktik media-media di sini yang tidak bersih lagi. Banyak wartawan yang mengharapkan “uang kopi”, “uang transportasi”, atau lainnya. Citra para awak media yang bertugas mulia menyampaikan informasi kepada publik pun, terkikis sudah. Sekarang informasi di lapangan, apalagi yang berbau negatif bagi pihak tertentu, sudah diplintir-plintir dahulu, baik oleh si reporter, atau oleh si “dewa” yang punya media. Berita yang turun ke masyarakat jadinya, news by order. Memang (MUNGKIN) tidak semua media di sini seperti itu. Ada juga (MUNGKIN) “beberapa” media yang masih berpegang teguh dengan orisinilitas berita. Ntahlah. Jiwa ini belum terpanggil untuk bekerja di media. Sebuah berita karya dua pasang mata, dibaca oleh ratusan bahkan ribuan pasang mata. Ketika berita yang dihasilkan hanya menurut kehendak sang penguasa dan pengusaha, pekerjaan yang mulia itu bukannya mendatangkan berkah, malah mendatangkan musibah.[]

dilanovia 23072013 18:00

Visit to my page: Tulisandila

You’ll Never Understand Until It Happens to You..

You’ll never understand

until it happens

to you..

feeling

Previous Older Entries