Persma: Sebuah Impian, Kedewasaan, dan Kesuksesan

Tak terasa sudah hampir tiga tahun saya bergabung di Tabloid Tekad, pers mahasiswa (persma) milik jurusan ilmu komunikasi. Kenangan demi kenangan tentang organisasi yang berdiri tahun 2003 itu tiba-tiba muncul. Dan tak sadar, bibirku pun membentuk sesimpul senyum.
Sangat jelas saya mengingat, betapa inginnya saya bergabung di organisasi itu. Saat itu para kru Tekad yang dipimpin oleh Erwin P Gultom mengadakan sosialisasi kepada saya dan puluhan mahasiswa baru lainnya. Seketika itu saya berniat sekali ingin mendaftarkan diri sebagai calon kru Tekad.
Suatu hari saya juga menghadiri kelompok keagamaan yang diadakan oleh LSO yang ada di kampus. Pemateri dalam kegiatan mengatakan jika ingin menjadi mahasiswa yang sukses, catatlah segala sesuatu yang ingin kita capai milai dari semeater pertama hingga akhir. Ntah kemana catatan itu perginya. Namun, saya sangat ingat salah satu target saya saat itu adalah mendaftar di Tabloid Tekad dan menjadi kru organisasi itu.
Inilah yang saat ini membuat saya berkesan. Saya berhasil mewujudkan cita-cita itu.
Singkat cerita, akhirnya saya berhasil diterima menjadi kru magang Tekad. Posisi saya nyaris menempati urutan pertama. Namun, saya cukup puas berada di posisi kedua sebagai peserta yang mendapat nilai tertinggi dalam interview (salah satu syarat masuk di Tekad). Saya sangat senang dan bangga akan hal itu.
Alam memang nyata melakukan seleksi pada apa yang ada di bumi ini. Hal tersebut juga berlaku di Tekad. Dari puluhan orang yang mendaftar di Tekad, hanya tersisa beberpa. Mungkin tak sanggup menjalani tugas untuk mencari berita. Waktu itu tibalah saatnya kru Tekad mengumumkan kru magang yang akan diangkat menjadi kru tetap. Namun sayang, saya tidak terpilih. Hanya satu orang yang terpilih saat itu dan saya cukup puas menjadi kru tetap namun bersyarat. Syaratnya harus mencari berita yang tingkat penulisannya lebih sulit.
Tak mengapa, hal itu tetap saya lakukan. Dan pada edisi ketiga saya bergabung di sana, saya diangkat menjadi kru tetap Tekad.
Berbagai hal terus saya lalui. Bergabung di Tekad membuat mata dan pikiran saya terbuka akan dunia kampus. Banyak hal yang awalanya saya tidak tahu, menjadi tahu. Kegiatan akademis pun menjadi mudah karena dosen-dosen mengenal saya karena saya adalah kru Tabloid Tekad. Beruntungnya saya!
Hari demi hari terus berlalu. Ada pasang dan surut. Di tahun kedua, saat itu tampuk pimpinan dipegang oleh Dwi Pela Agustina, saya dipercaya menjadi Bendara. Awalnya saya tidak menyangka karena dari dulu saya sangat tidak berbakat dibidang angka-angka. Cukup aneh sebenarnya alasan pimpinan Tekad itu. “Kita tahu Dila hobi belanja, jadi mudah-mudahan hobi belanjanya bisa berkurang setelah memegang uang dan lebih bisa me-manaje keuangan.” 🙂
Selanjutnya di tahun ketiga yang dipimpin oleh Mukmini Rahman, saya dipercaya menjabat sebagai Redaktur. Di periode ini pasang surut pun tetap terjadi. Terlebih beberapa orang rekan berhenti tanpa alasan yang jelas. Namun, sekuat hati saya tetap bertahan. Walau banyak sekali godaan yang menyentil.
Di tahun keempat, tahun terakhir saya di Tekad, saya pun dipercaya menjabat sebagai Pimpinan Umum. Tampuk tertinggi dari sebuah organisasi. Ah, saya terlihat cengeng saat mubes waktu itu. Saya menangis karena takut diembani jabatan itu. Namun, berkat dukungan dari teman-teman, akhirnya jabatan itu dapat saya pegang dan pertangunggkan hingga saat ini, dan insyaallah hingga akhir periode kepengurusan.
Apa yang saya dapat dari perjalanan panjang itu? Yang saya dapat adalah pengalaman yang sangat berharga. Mungkin ini terlihat konyol karena banyak teman-teman mahasiswa masih memandang sebelah mata keberadaan persma. Mahasiswa yang tak mengerti itu berpikiran hanya membuang-buang waktu, pikiran, dan tenaga saja ketika bergabung di persma. Apalagi semua yang dilakukan itu tanpa digaji, alias cuma-cuma!
Namun, tidak bagi saya! Tekad telah membawa saya ke ranah kedewasaan. Dewasa dalam berfikir, dewasa dalam berorganisasi, dewasa dalam bersosialisasi, dewasa dalam mengambil keputusan, dan bentuk kedewasaan lainya. Itulah yang tidak akan bisa dibandingkan dengan gaji, dengan uang!
Tanpa menyombongkan diri, saya bangga akan impian saya bergabung di Tekad. Saya bangga akan kedewasaan yang diberikan Tekad kepada saya. Saya bangga akan kesuksesan yang saya peroleh melalui Tekad!

©dilanovia 27062012 20:12

To Be Number One (Susah Senang Jadi Anak Pertama)

Ntah mengapa, kebanyakan manusia itu ingin menjadi yang yang pertama, yang nomor satu. Betul juga teori hirarki kebutuhan dari Maslow. Di mana salah satu hirarkinya yakni kebutuhan akan pengakuan dari lingkungan. Dan aspek pendukungnya, ya menjadi nomor satu itu. Bahasa kasarnya, manusia itu ingin dianggap. Untuk dianggap mereka harus tampil eksis. Berada di posisi depan, nomor satu!
Coba saja lihat, anak-anak SD saja maunya juara satu. Para atlet ingin mendapat emas, yang artinya harus mendapat posisi nomor satu ketika berlaga. Bahkan, orang-orang “di atas” sana pun berebut untuk menduduki kursi nomor satu. Semuanya serba ingin serba nomor satu.
Tapi, ada kegalauan tersendiri bagi saya yang memang sejak lahir sudah mendapatkan posisi nomor satu–di keluarga. Saya ditakdirkan untuk menjadi anak sulung, anak nomor satu.
Jika dirunut ke ranah yang lebih luas lagi, ibu saya merupakan anak pertama, dan ayah anak tunggal. Hal ini juga menjadikan saya sebagai keturunan pertama dari keluarga ayah dan ibu. Saya cucu pertama dari nenek dan kakek.
Tak ada maksud bangga. Saya malah dilema. Menjadi anak tertua merupakan sebuah tantangan yang cukup berat. Cukup besar tanggung jawab yang harus diemban. Mulai dari mendidik adik-adik, menjadi contoh yang baik bagi adik-adik, hingga menjadi tolak ukur keberhasilan adik-adik.
Ketika keluarga besar berkumpul, salah satu trending topic-nya adalah kesuksesan anak-anak. Dan saya sebagai anak/cucu pertama selalu menjadi harapan bagi keluarga-keluarga. Mereka mengharapkan saya sukses. Sehingga dapat menjadi contoh dan penyemangat untuk adik-adik.
Sebenarnya ada ketakutan akan hal itu. Saya takut harapan besar kedua orang tua, nenek dan kakek, dan om tante itu tidak bisa terpenuhi. Bukan pesimis, tapi untuk berjaga-jaga saja. Sebenarnya ada tantangan tersendiri juga. Membuat saya lebih mandiri, bertanggung jawab, lebih kuat. Tapi, kadang Saya takut tidak bisa memenuhinya harapan-harapan itu. Apalagi dengan kepribadian saya yang cenderung lebih suka menyendiri di tengah-tengah keluarga.
Ah, sesulit itukah anak pertama? Apakah anak pertama harus menjadi “yang pertama” (?) Menjadi hero dalam keluarga? Mudah-mudahan, tidak adalah jawabannya. Adik-adik kita bisa saja lebih sukses dari kita kelak. Bisa saja dia yang mengangkat derajat keluarga. Who knows! []

©dilanovia 14062012 23:31

Tina Agustina dan Air Mata Permatanya

Ada-ada saja peristiwa yang membuat masyarakat gempar. Masih segar dalam ingatan, Ponari, seorang anak yang dipercaya dapat menyembuhkan segala macam penyakit melalui media air. Sekarang, hadir pula seorang wanita yang dapat mengeluarkan permata dari matanya ketika dia menangis. Tina Agustina, demikian dia akrab disebut oleh media.

Seketika peristiwa ini berkembang dengan pesat. Berita di berbagai media tentang air mata permata Tina ini menggeser berbagai peristiwa hangat lainnya. Sebut saja kasus Hambalang, sidang Nazarudin, dan lainnya. Tina pun langsung naik daun akibat keunikan yang ia hadirkan. Sempat pula wanita ini diundang oleh salah satu stasiun televisi dalam salah satu program yang dibawakan oleh salah seorang pesulap kondang Indonesia.

Masyarakat bahkan media boleh geger dengan peristiwa tersebut. Namun, fakta lain menyebutkan bahwa permata yang katanya keluar dari mata Tina merupakan batu buatan. Hal tersebut diungkap oleh Badan Peneliti (saya lupa namanya) yang berada di wilayah tempat Tina tinggal. Lembaga tersebut menyebutkan bagian tubuh manusia tidak bisa menghasilkan benda semacam batu atau sejenisnya. Selain itu, ketika diteliti, batu yang dikeluarkan dari mata Tina tampak seperti payet atau semacam buah baju biasa. Ada indikasi bahwa peristiwa tersebuat hanya buatan belaka.

 Namun, pemerintah setempat belum menindaklanjuti hal tersebut sebelum ada pihak-pihak yang melapor telah ditipu atau dirugikan oleh Tina Agustina. Sementara itu, yang saya sesalkan adalah pikiran dangkal masyarakat yang menganggap kejadian tersebut benar-benar kejadian mahadahsyat. Apalagi setelah kejadian itu masyarakat berbondong-bondong ke rumah Tina untuk meminta doa. Minta didoakan oleh Tina. Ckckck!

 Sungguh pikiran yang sangat-sangat dangkal. Apa yang dilakukan masyarakat tak ubahnya seperti praktik syirik. Mengapa masyarakat tidak bisa berpikir jernih, bersih, dan cerdas. Kalaupun batu itu memang benar-benar dihasilkan oleh air mata Tina. Masyarakat jangan “lebay” dan langsung menganggap bahwa Tina Agustina adalah wanita sakti mandraguna. Sehingga masyarakat pergi ke kediaman Tina minta didoakan. Kalau memang masih percaya Tuhan, mengapa tidak berdoa sendiri saja dengan khusuk di rumah?!

Selain itu, Tina yang namanya sedang naik daun juga tampaknya terlena dengan peristiwa yang membawa harum namanya itu. Kalau memang ada masyarakat yang menyalah artikan “kemampuan” yang dia miliki, kenapa tidak di tegur saja. Saya sangat menyesalkan sikap Tina saat diwawancarai oleh salah seorang reporter tv. Tina mengatakan bahwa banyak masyakarat datang ke rumahnya minta didoakan.

Dengan doa yang telah dipanjatkannya, masyarakat ada yang memberikan imbalan beruala uang. Namun, ada pula yang tidak memberinya apa-apa. Tina menjelaskan dia menerima uang yang diberikan masyarakat yang dianggal sebagai imbalan, namun dia juga tidak mempermaslahkan masyarkat yang tidak memberinya apa-apa. Dia juga mengakui dengan adanya peristiwa tersebut, dia merasa mendapatkan keuntungan.

Begitulah Tina dan air matanya. Namun, saya sarankan Tina sebaiknya memberikan pengertian ke masyarakat yang “mengunjunginya”. Jangan sampai terbawa arus. Arus uang dan ketenaran yang saya rasa hanya sesaat.

Yang menjadi fokus perhatian saya adalah masyarakat yang meminta didoakan itu. Sungguh miris mendengarnya. Masyarakat jika dibilang bodoh, mereka marah. Tapi apa yang mereka lakukan adalah sebuah pembodohan.

Mungkin memang demikian cerminan masyarakat Indonesia. Belum bisa masyarakat itu dibilang cerdas. Media selalu menyatakan bahwa masyarakat sudah cerdas. Namun saya rasa hal tersebut masih dipermukaan saja. Belum sampai ke intinya. Masih banyak masyarakar yang berpikiran dangkal dan percaya dengan hal-hal syirik lainnya.

Mau berpaling? Mana bisa. Mau didustakan? Semua ada di depan mata. Memang sudah begitu adanya. Nah, saat ini ada Tina, Permata, dan Air Matanya. Lantas, ada kegegeran apalagi setelah ini?[]

 ©dilanovia 07062012 02:17

Pesan-Pesan Berkesan

Suntuk, bingung, tidak tahu mau ngapain. Nah,  dalam ketidakberdayan itu (?) saya inget ada beberapa teman yang mengirim pean singkat (sms) kepada saya. Ada pesan-pesan agama, kata-kata yang mengandung spirit dan inspiratif, ada juga yang mengandung humor, dan yang nggak ketinggalan, ada puisi juga. Sms mereka berguna banget. Berikut beberapa di antaranya, saya belum sempat merekap semua.

Berjalanlah terus dan tanpa henti

Sampai kelak, sampai engkau benar-benar rapuh dan tak mampu lagi berjalan

– Kak Nancy

Wahai sahabatku, jika kamu orang yang mempunyai keterampilan, kecerdasan, dan Allah mengaruniakan bermacam-macam kelebihan, maka manfaatkanlah nikmat itu dan tingkatkanlah. Kemudian berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mengetahui dimana dan bagaimana kamu mengambil manfaat dari kelebihan kamu tersebut. Jangan kamu membiarkan nikmat itu berubah menjadi azab.

Aristra

Pada hari penciptaan perempuan, malaikat bertanya kepada aAllah, ‘’ya Allah, apa keistimewaan dari ciptaanmu ini?

1. Tutur katanya merupakan kebenaran

2. Senyumannya adalah semangat bagi orang yang dicintainya

3. Pelukan, ciumannya memberikan kehangatan bagi anak-anak, suaminya, dan orang-orang yang disanyangi4. Dia mampu tersenyum dibalik kesedihannya

5. Dia menangis bila melihat kematian

6. Dia begitu terluka bila melihat kematian

7. Tetesan air matanya bisa membawa perdamaian

8. Dia adalah surga untuk anak lelakinya

Lalu malaikat berkata, ‘’sebegitu istimewakah perempuan, ya Allah?”Lalu Allah menjawab, ‘’ya, tapi ia sering lupa satu hal.’’ ‘’Apa itu ya Allah?’’ malaikat kembali bertanya. ‘’Dia lupa betapa berharganya dia.’’

– Aristra

Pagi-pagi aku ada duaSiang aku ada satu

Malam aku tidak adaAku ada di ujung api dan di tengah-tengah air

Tanpaku, tak akan ada cinta dan dunia

Siapakah aku?

– Mentari Daulay

Hal terindah dari wanita adalah:

Bukan saat tersenyum karena bahagia, melainkan saat butiran air matanya terjatuh dalam doa;

Bukan karena kata-katanya yang indah, tetapi pada saat ia diam dala zikir;

Bukan karena kecantikkannya yang menggoda, tetapi karena sujud dan ruku’nya yang selalu ada;

Bukan karena keelokan tubuh yang ia pamerkan, melainkan karena keteguhannya dalam menjaga imannya;

Maka ia adalah permata yang dirindu dan embun dinanti, bahkan pangeran dari kayangan pun ingin selalu bersamannya.

Aristra

MmuUuAahH !!Untuk mu..Hari ini “HARI KISS SEDUNIA”

Teruskan sms ini ke 15 orang yang kamu sayang (teman, sahabat, kakak, adik, atau pacar, termasuk aku)

Apabila kamu dapat 5 ciuman, berarti kamu seorang yang disayang

Vika

Tadi aku ke rumahmu. Tapi aku balik lagi karena di depan rumah mu ada bacaan:‘’SELEBRITI DILARANG MASUK”

Besok dilepas ya.. Aku kan jadi ngga enak

Mentari Daulay 

Telah bertemunya Mbah Surip dengan Mbah Maridjan di alam barzah

Dan akhirnya mereka sepakat untuk mengganti namanya menjadi

“SIRUP MARDJAN’’

Hahahaha…..

ROSO….

– Mentari Daulay

Kalau kamu sedih, ingatlah akuAkau akan selalu ada untuk menemanimuTapi kalau kamu bahagia, nggak ingat akupun ngga apa-apaYang penting aku udah liad kamu nggak sedih lagi

Angga

“BUANGLAH” cowol pada tempatnya!

INDIKASI: cowok dapat menyebabkan kehamilan, gangguan kejiwaan, sakit hati, bunuh diri, pemabuk, gangguan keimanan, dan bisa mengasilkan si tuyul kecil.

DARI: Dinas Kebersihan Iman dan Hati

Sebarkan sms ini sebanyak mungkin ke CEWEK2, jangan sampai putus di tangamu…!!!

– Mentari Daulay

Kupu-kupu tidak tau warna sayap mereka

Tapi orang-orang tahu betapa indahnya mereka

Seperti juga dirimu, tidak tahu betepa indahnya dirimu

Tapi Allah tahu betapa istimewanya dirimu di mataNya

Ketika engkau engkau tunduk dalam syariatnya

Ridha atas takdirnya

Tersenyum dalam musibah

Tegar dalam ujianTeguh dalam pendirian

Subhanaallah…

semoga engkau termasuk wanita yang terpilih menjadi wanita terindah di mataNyA

Semoga senantiasa dalam lindungannya

Aristra

Malam menjadi mimpi di saat matamu terpejam

Racun menjadi pupuk yang menumbuhkan rasa sayangmu kepada seseorang

Semakin kau minum, semakin membuatmu terhanyut memejamkan mata dan bahkan membunuhmu perlahan dalam mimpi indahmu

Matahari tak memberi isyarat kepada datangnya pagi dan datangnya sore

Mungkin aku seperti cinta sederhana yang seakan tiada

– NN (No Name) Ngga tau siapa yang kirim, nomornya ngga ada di kontak. Tapi makasi ya puisinya 🙂

Aura Sang Ibu

IBU.Seorang wanita yang tentunya sangat berharga bagi setiap anak.Saya rasa, tidak ada anak yang tidak menyayangi ibunya.Seorang wanita yang dipanggil ibu, memiliki banyak peran dalam kehidupan.Salah satunya menjadi penyemangat ketika seorang anak sedang dilanda masalah.Seperti yang saya lansir di Media Indonesia, suara ibu dapat membuat seorang anak lebih tenang ketika mereka mempunyai masalah.

Peneliti Universitas Wisconsin, AS, membuktikan secara ilmiah bahwa kehadiran ibu, meskipun hanya suaranya, dapat membuat seseorang yang dirundung masalah menjadi lebih tenang.Sang peneliti Leslie Seltzer menyatakan perbincangan dengan ibu, lewat telepon ataupun tatap muka, dapat menurunkan tekanan kortisol.Kortisol ialah hormone yang memengaruhi ketegangan seseorang.Namun, hal tersebut tidak berlaku bila perbincangan itu dilakukan lewat pesan singkat atau chatting via internet. Seltzer menyimpulkannya setelah mengamati 64 anak perempuan dengan rentang usia 7-12 tahun. Mereka diminta mengisi soal-soal matematika yang sulit di bawah pengawasan tiga orang dewasa yang sama sekali tidak dikenal. Setelah itu, partisipan dibagi empat kelompok, yakni yang dilarang bicara dengan ibunya, yang diperbolehkan berbincang hanya lewat telepon, diperbolehkan bertemu dengan ibunya langsung, dan yang hanya diizinkan chatting dengan ibunya. Hasilnya, anak perempuan yang mendengarkan suara ibu mereka lewat telepon dan bertemu langsung akan lebih tenang.

Previous Older Entries