Terjebak Bosan

Office hour is off dan saatnya beralih ke kegiatan selanjutnya. Tapi, hari ini agak sedit rempong karena saya tidak membawa kendaraan. Mau kemana-mana agak sulit. Mister FS yang biasanya setia dan baik hati mengantarkan saya juga tidak ada di sini. Dia udah pulang duluan.
Jadilah saya terdamar di dalam bus ini. Bus mahasiswa yang ada di kampus saya. Agak mati gaya di sini sambil pegang-pegang helm. –”
Bus ini lagi nunggu bus satunya datang ke tempat ini. Biasa, sistem rolling gitu. Tapi, kalau situasi seperti ini berasa awkward banget. Pengen ngobrol sama orang sebelah juga lagi nggak mood.
And here I am. Terjebak bosan. Bosan parah. Tidak terkira hari ini dilalui dengan penuh kebosanan. It’s so damn day.[]

©dilanovia 31102012 15:23

Taylor Swift RED Album 2012

 

<unfinished post>

Deklarasi Perguruan Tinggi Anti Kekerasan

Kami, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri/Pemerintah dan Koordinator Kopertis seluruh Indonesia menyatakan:

Pertama, Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan ide, nilai, moral, dan norma yang mendasari pola pikir, sikap, dan perilaku sehingga mewujud dalam karakter bangsa Indonesia;

Kedua, Karakter bangsa ditopang oleh seperangkat nilai yang bersumber dari olah hati, olah pikir, olah raga/kinestetik, olah rasa dan karsa dalam bentuk nilai-nilai utama karakter: jujur, cerdas, tangguh, dan peduli;

Ketiga, Budaya akademik perguruan tinggi sebagai totalitas nilai dan perilaku dalam kehidupan akademik harus dimaknai, dihayati, dan diamalkan oleh sivitas akademika, yang bertumpu pada nilai-nilai utama karakter: jujur, cerdas, tangguh, dan peduli;

Keempat, Dalam mewujudkan budaya akademik, sivitas akademika mempunyai tugas utama: mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;

Kelima, Perilaku kekerasan di lingkungan perguruan tinggi merupakan bentuk tindakan tidak bermartabat yang harus dicegah dan ditanggulangi.

-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti)

Antara Waktu Pribadi dan Bersosialisasi

Setiap orang saya rasa sudah tahu bahwa manusia adalah makhluk Sosial. Manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Semuanya saling membutuhkan, saling ketergantungan.
Namun, di sisi lain manusia di muka bumi ini juga sebagai individu. Mereka memiliki kepentingan-kepentingan guna memenuhi kebutuhan mereka akan suatu hal. Oleh sebab itu kita mengenal Teori Kebutuhan dari Maslow. Ada lima aspek yakni fisiologis, keamanan, kasih sayang, merasa dihargai, dan aktualisasi diri.
Dengan adanya kebutuhan tersebut, manusia akan berusaha agar kebutuhan itu terpenuhi. Namun, memang, adanya usaha tersebut, ada tumpang tindih antara mereka, manusia, sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai individu memiliki hak untuk memenej kehidupannya. Melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan dan menjalani aktifitas. Di sisi lain, manusia sebagai makhluk sosial juga dituntut untuk bersosialisasi. Tentunya, diharapkan kedua aspek ini bisa seimbang.
Anyway, saya agak sedikit kesal dengan pesan singkat dari salah seorang rekan saya saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) beberapa bulan yang lalu. Isi pesan singkatnya kurang lebih seperti ini:

“Malam teman2,
Maaf mengganggu,
…….
Diminta pengertian N kepedulian tmn2. . .
Semua di antara Qt pasti sibuk,
Tp sesibuk apa pun Qt masih bisa kan saling brbagi. . .”

Pesan singkat itu (mungkin) ditujukan untuk semua rekan-rekan KKN saya yang lain karena ada salah satu rekan kami yang mengalami kecelakaan dan rencananya akan menjenguk dia.

Namun, sayangnya saya sedikit tidak setuju dengan bahasa di pesan tersebut. Yang seolah-olah men-judge saya (sebagai penerima pesan) tidak care dengan yang lain.
Well, kembali ke pembahasan di awal. Sebagai individu, ada kondisi dimana saya harua menyelesaikan tugas, kewajiban, dan segala aktifitas saya. Saya memiliki waktu untuk mengatur itu dan memanfaatkannya semaksimal mungkim. I have private time, right? Semua manusia juga punya itu.
Saya juga makhluk sosial. Sebelum pesan itu, beberapa hari sebelumnya saya juga menerima pesan tentang hal yang sama, namun saya membalas kalau untuk mendiskusikan masalah tersebut saya punya waktu selama saya berada di kampus. Dan saya juga mengatakan, di luar jam kampus, saya tidak bisa. Salahkah jika saya menulis hal tersebut?
So, menurut saya pribadi, kita berhak memilih waktu kapan kita kita bisa bersosialisasi. Kalau toh kita paksakan untuk bersosialisasi demi jaga gengsi atau apalah namanya, tapi tugas kita sebagai individu tidak beres, apa gunanya?
Atau kita malah menguras tenaga untuk mengejar semuanya. Sibuk dengan rutinitas sehari-hari, terua karena nggal mau dibilang nggak setia kawan, kita pun ikut nimbrung dengan rekan-rekan pas malamnya, padahal kondisi kita udah drop banget. Jika kondisi itu dihadapkan ke saya, tentu saya akan menolak.
Bagi saya pribadi (maaf kalau ini terlihat egois) waktu bersosialisasi yang bersosialisasi-lah. Tapi, jika terbentur dengan waktu di mana kita ingin menikmati waktu pribadi, maka orang lain sebaiknya tidak perlu mengusik itu. Harap maklum. Karena manusia juga memiliki keterbatasan tenaga, waktu, dan pikiran. Tapi, jangan sesekali ngejudge seseorang bahwa dia tidak peduli, tidak mau berbagi. Ada saatnya peduli dengan orang lain, namun ada pula saatnya mempedulikan diri sendiri. Saya rasa itu bukan hal yang patut dipertentangkan, bukan?

©dilanovia 29102012 19:45

Sebuah “Caci-Maki”

It’s just my opinion about a man who makes me lost feeling. Hanya mengingatkan, ini adalah tulisan caci-maki, agak kasar, dan kalau yang nggak tahan bacanya mending nggak usah aja.

Anyway, yang saya tahu, laki-laki itu makhluk kuat, punya sebuah kewibawaan, berprinsip, pokoknya “laki” deh. Walau ada yang bilang laki-laki itu sebenarnya lemah, tapi biasanya mereka bisa menutupi kelemahan itu dengan sikap yang gentle, cool.
And that I knew, laki-laki itu nggak ada yang ‘murahan’, right? Berbangga hatilah para lelaki karena biasanya yang dibilang murahan itu cewek. “Cewek murahan”, “wanita murahan”, mana ada atau jarang banget ada yang nyebut “cowok murahan”, “laki-laki murahan”. Sama halnya dengan “hari ibu”, mana ada “hari ayah.”

But, a man who makes me lost feeling itu, ya seperti itu. In my eye, dia terkesan cheap, lemah, nggak punya harga diri. Maybe kalau dia melakukan itu kepada cewek lain, saya tidak akan se-senewen ini. But he did it to me dan semua wanita! Gila nggak, tuh?
He is my facebook friend. Tiap kali update status selalu dengan kalimat mengiba-iba, biar orang lain kasihan. Caper banget pokoknya.

Okay, mungkin itu hak dia, toh facebook, facebooknya dia. But, kalau pesannya udah bersifat personal alias dia ngirim message ke inbox saya dengan bahasa cheap-nya itu, saya rasa-rasa mau muntah. Males banget bacanya.
Dalam pesannya itu, dia menggambarkan dirinya sebagai cowok lemah, yang hanya menganggap saya cewek satu-satunya di bumi ini yang dia inginkan! And he always waiting me and he’ll bring me ke pernikahan. LMFAO! The cheap words from the cheap guy. Watdafuq!

Ini salah satu pesannya,
“sampai tutup usia pun aku tak akan
berhenti mencintai mu… akan ku bawa kamu ke pelaminan…”

Jijay markijay kan, ya! Dia juga nggak bisa didiemin. Udah nggak dibales-bales, udah dicuekin, tetap saja mengirim pesan-pesan nggak mutunya itu. Rese banget. Apalagi kalau saya reply, ya. Malah panjang banget pasti ceritanya.

Sometime, saya nggak habis pikir sama dia. Kok mau ya mengorbankan harga diri seperti itu. Yang ada bukannya kasian, tapi ilfil, benci.
So, buat para lelaki yang katanya gentle, punya harga diri, buktikan kalau kalian itu benar-benar gentle dan ber-har-ga-di-ri. Jangan cuma obral kata-kata doang ke para wanita. Mending masih sama cewek sendiri, kan? Lha ini sama cewek orang. Gila nggak tuh?!

Coba deh ya buat para lelaki, cewek itu nggak bodoh, masih bisa mikir kali mana yang realistis mana yang kagak etis. So, mulut kalau ngomong harus dipikir-pikir dulu, apalagi buat ngerayu, bukannya cewek tersipu, eh malah jadi bilang “kampret lu”. Hahah..

I remember the one of songs from Saykoji, judulnya Jomblo. Cocok banget kayaknya buat Si pria itu! By the way, ada beberapa kalimat yang saya blok. That’s appropriate sentence that I will thrown to his face. Dengerin nih!

Kalo kaga pengen jomblo mesti tau diri
jangan liat cowok lain punya cewek
cantik iri
mungkin dia memang pria sejati
yang pdkt ama cewek lewat hati

makanye cara paling baek supaya elo kagak jomblo
lo mesti berubah karna dunia tuh ga
seperti daun kelor
coba lo pikirin
banyakan majalah cewek daripada
majalah cowok
mereka tuh lebih banyak masukan
jelas aja lo keliatan bego

makanya sekarang saatnya berubah
apa yang udah gw bilang jangan lupa
cowok yang lebih gentlemen cewek suka
daripada malu taro mana tuh muka
jadilah lelaki yang apa adanya
jangan terlalu caper makanya
kalo ngomong ama cewek liat matanya
jangan liat yang lain denger kata
katanya

Well, sodara-sodara, demikian caci-makinya. Yang nggak suka, harap maklum aja. Sekian terima kasih.

©dilanovia 27102012 18:12

Previous Older Entries