Terima Kasih Tidak Memilih Saya

riba

Manusia mana yang tidak pernah merasakan kecewa? Semua manusia yang memiliki hati tentu pernah merasakannya, begitu juga saya. Apalagi saat itu saya sedang luntang-lantang mencari pekerjaan.
.
Saat pekerjaan hampir di depan mata, dan dengan keyakinan bahwa saya akan diterima, kenyataan malah sebaliknya.
.
Sekitar tahun 2013 lalu, saya melamar pekerjaan di salah satu bank konvensional di kota saya. Singkat cerita, saya pun melalui tahap demi tahap seleksi yang diselenggarakan oleh pihak HRD.
.
Proses saat itu hanya tinggal menunggu pengumuman akhir, namun takdir Allah subhanahu wa ta’ala berkata lain, saya tidak lulus!
.
Awalnya saya sangat kecewa dan sedih. Saya pun kembali merutuki diri, kenapa sih saya tidak lulus, kenapa harus nganggur, kapan saya bisa berkerja, kapan bisa membanggakan orang tua.
.
Namun, beberapa hari kemudian (saat hati masih diliputi sedih dan kecewa) Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan kasih dan sayangnya. Allah subhanahu wa ta’ala memberikan jawabannya.
.
Saat itu saya sedang menonton televisi, bolak-balik memilih chanel akhirnya saya berhenti pada salah satu stasiun TV yang menyiarkan dakwah Islam. Masih teringat jelas di benak saya yang memberi ceramah kala itu adalah Ustadz Erwandi Tarmizi (hafidzahullah) yang bertema riba.
.
Saya benar-benar terhenyak dengan penjelasan beliau. Diri yang fakir ilmu ini baru tahu bahwa bekerja di bank sama saja dengan menghalalkan praktik riba yang termasuk dosa besar.
.
Riba yang telah dilarang keras oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam al Qur’an, yang telah ditegaskan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam melalui hadist-hadistnya.
.
Masha Allah… begitu sayangnya Allah subhanahu wa ta’ala kepada saya. Dia mengajarkan langsung kepada saya tentang haramnya riba melalui rentetan peristiwa ini.
.
Ternyata, ketidaklulusan saya malah meghindarkan saya dari jeratan riba, tidak melakukan praktik riba, tidak mencari rezeki di jalan riba, dan tentunya terhindar dari dosa-dosa riba.
Alhamdulillah, Allahu Akbar!
.
Peristiwa ini pun mengingatkan saya pada firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 216:
.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
.
Ya, dulu saya sangat sedih dan kecewa karena kegagalan ini, namun Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hikmah yang sangat luar biasa.
Masha Allah…
.
Minimal ada dua hikmah yang saya dapatkan dari pengalaman ini, yaitu:

  1. Pertama, ketika melakukan sesuatu, manusia boleh saja yakin namun jangan takabur, serahkan semua urusan hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Mengetahui.
  2. Kedua, (dan yang paling membuat saya sangat-sangat bersyukur) adalah saya terhindar dari praktik riba dan dosa riba.

Saya merasa sedih dengan teman-teman yang saat ini masih bekerja di “ladang-ladang riba”. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melembutkan hati mereka untuk menerima hidayah dari-Nya agar meninggalkan riba.
.
Ya, sebagai seorang muslim, sudah selayaknya kita menjauhi riba. Cukuplah bagi kita membaca akhir surat Al-Baqarah ayat 275-281, maka kita akan merinding akan dahsyatnya ancaman Allah subhanahu wa ta’ala kepada pelaku riba.
.
Terima kasih tim HRD yang dulu menyeleksi saya. Terima kasih tidak memilih saya…

Pekanbaru, di Hari Idul Adha1437 H yang penuh rahmat

*Tulisan ini terpilih sebagai salah satu pemenang giveaway yang diadakan oleh muslimstore.id muslim.or.id