I Hate Statistic!

image

Friday, 03.30 PM at D6 Room, it is a time that I HATE sooo much! Ketemu sama mata kuliah yang satu tahun lalu pernah saya ambil dan sekarang dengan [sangat] terpaksa saya harus mengulang. Hmm.. i think you know lah penyebabnya. Apalagi kalau bukan saya mendapat nilai C pada mata kuliah tersebut.
Statistika, (sebenarnya saya sangat malas menyebut kata itu) mata kuliah yang sangat saya benci. Mendengar namanya saja saya sudah hilang semangat, apalagi mengikuti mata kuliah tersebut. Sangat mustahil kalau saya mengikutinya dengan serius. Saat di kelas, satu-satunya yang saya pikirkan adalah WHAT TIME IS IT?  WHEN CAN I LEAVE THIS CLASS!!?
By the way, tak hanya statistik yang saya benci, tapi juga segala  hal yang berhubungan dengan matematika, dan ANGKA! Saya teramat SANGAT membencinya.
Masih ada beberapa bulan lagi saya melalui mata kuliah statistik! Saya tidak tahu apakah saya masih memiliki kesabaran untuk melewatinya.

—-Announcement—-
Bagi kamu yang tahu cara mengikuti pelajaran statistika dengan ikhlas dan menyenangkan, tolong share ke saya. Teach me how to love math!  I am very GLAD to hear that!

Enamel Advertaising Era Batavia

Ketika membaca salah satu majalah nasional baru-baru ini, saya menemukan salah satu rubrik yang cukup menarik. Rubrik Seni Rupa namanya. Rubrik Seni Rupa kali itu membahas tentang iklan jenis enamel pada zaman penjajahan Belanda. Jangan keget, Iklan berjenis advertaising board tersebut dibuat antara tahun 1920 dan 1940. Menurut informasi yang saya baca, iklan-iklan tersebut dulunya dipasang di ,jalan dan di toko di berbagai kota di Indonesia.

Nah, dari informasi yang disajikan, saya jadi tahu bagaimana kota-kota kita tempo dulu sudah menjadi pasar bisnis global. Saya juga bisa mendapat pemahaman mengapa ada merk dagang tertentu yang begitu meresap dalam kehidupan kita, sampai saat ini.

Contohnya saja sabun cuci Sunlight, obat mata Rohto, bumbu masak Vetsin, mentega Blue Band, ban mobil Dunlop, oli mobil Texaco, susu Cap Nona, cokelat Van Houten, lampu bohlam Philips, minyak rambut Brycreem. Produk-produk tersebut ternyata telah ada dari zaman dulu! Dapat kita bayangkan bahwa sejak dulu kita telah menjadi target pasar!

Enamel berasal dari Eropa. Enamel merupakan papan iklan yang pembuatannya dari logam yang dilapisi keramik dan memalui proses pembakaran seperti halnya keramik, dan kemudian dicat. Selain itu, lapisan warna di enamel, pembuatannya seperti porselen yang harus menggunakan pemanasan tingkat tinggi. Tak heran jika daya tahan enamel cukup tinggi.

Hal yang membuat saya kagum adalah pada zaman itu pembuatan iklan-iklan tersebut dilakukan di Eropa, tapi desainnya secara khusus disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Rata-rata iklan tersebut di buat di Jerman, Belanda, dan Inggris. Menarik membayangkan di Eropa sana mempengaruhi konsumen Indonesia tempo dulu dengan desain lokal ala Indonesia. Contohnya iklan Badjoe Kaos no satoe Tjap Wajang. Dalam iklan tersebut ada gambar wayang. Bayangkan saja desain wayang tersebut di buat di Eropa! It’s Cool! 😀

Bila kita bandingkan dengan desian iklan kontemporer, desain dan komposisi warna enamel ini juga tidak kalah. Advertaising zaman Batavia didominasi oleh warna kuning, merah, oranye, dan hijau. Variasi hurufnya juga sangat mengesankan. Pada tahun 1980an, di Indonesia, orang-orang penggemar advertaising belajar aneka huruf dengan rugos, sementara di era Batavia variasi huruf sudah sedemikian kaya. Unsur bahasa dari iklan tempo dulu ini juga luar biasa. Sebuah iklan bisa membidik calon konsumennya melalui tiga bahasa. Misalnya iklan Beck Beer. Di samping kata Becks Beer, ada juga kata Tjap Kunci dan huruf-huruf Cina.

Ada juga iklan sebuah bank yang bernama Postpaarbank. Desainnya kreatif, berlatang belakang kuning, ada seekor anjing herder menjaga sebuah kotak besi (saya rasa kamu mengerti apa makna dibalik gambar tersebut). Tertera dalam iklan itu campuran bahasa Belanda dan Melayu. Uw Geld is Toch Veiliger Bu De: Tetapi Oeang Toean Lebih Aman. Wah, sangat-sangat menarik!

Sayangnya, penelitian yang serius tentang iklan-iklan zaman Batavia ini belum ada. Bahkan, orang-orang iklan saja cuek terhadap iklan enamel ini. Belum tentu mereka tahu akan hal ini, bukan? Yang mereka tahu adalah bagaima mendesain iklan semenarik mungkin tanpa pernah ingin memahami bagaimana proses pekerjaan yang ia geluti tersebut berkembang di negaranya. Sangat bagus tentunya jika ada mahasiswa yang meneliti tentang iklan-iklan enamel ini, penelitian tersebut dapat menambah kekayaan pengetahuan tentang sejarah periklanan di Indonesia.

Sepertinya ini adalah tugas mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk meneliti perihal iklan enamel ini. Semoga tulisan ini dapat menumbuhkan ide bagi pembaca, khususnya mahasiswa ilmu komunikasi yang sedang menyusun skirpsi atau tesis. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi Anda.

This post inspirated by Tempo

Trust and Sincerity, Just Keep It!

Saya yakin Anda pernah dipercaya oleh seseorang untuk melakukan sesuatu. Nah, kerpercayaan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah hubungan, baik pertemanan, pekerjaan, bahkan percintaan. Well, lupakan soal percintaan dan pertemanan, karena kali ini saya akan membahas tentang kepercayaan dalam sebuah pekerjaan.

Setiap orang yang berada dalam sebuah perusahaan atau organisasi memilki peran dan fungsi masing-masing. Peran yang diberikan, selain merupakan tanggung jawab, di dalamnya juga tersirat sebuah kepercayaan yang telah diberikan kepada individu tersebut. Selayaknya kepercayaan harus dijaga dan dapat dijalankan dengan sebaiknya. Nah, bagaimana menjaga kepercayaan tersebut? Salah satu caranya adalah menjalani apa yang dipercayakan itu dengan rasa ikhlas.

Ikhlas itu sebenarnya apa sih? Well, menurut saya ikhlas itu adalah mengerjakan sesuatu dengan mengharapkan sebuah pengalaman, lebih dari itu, TIDAK! Jadi, dengan kata lain, orang yang ikhlas adalah ketika dia mengerjakan sesuatu, tak lain tak bukan yang ia harapkan adalah sebuah pengamalan terhadap apa yang ia lakukan. Pengamalan merupakan suatu hal yang harganya sangat mahal, bahkan tidak bisa dibayar dengan uang. Begitu kuatnya hakikat sebuah pengalaman.

Nah, jika ,harga sebuah pengamalan sudah mahal, mengapa kita harus mengharapkan yang lain? Such as, praise, prestige, or pride? Pentingkah itu? menurut saya, TIDAK. Walaupun ada sebuah – katakanlah prestige dari orang-orang di sekeliling kita, saya rasa hal tersebut hanya sesaat dan hanya menjadi nostalgila belaka yang More

The Night Writing For Life

In the end of day! Walau sedikit oppressed dengan segala aktifitas hari ini, patienly,  semuanya bisa berjalan mulus. Yang paling saya ingat adalah pagi ini. I’m so surprise because i get TO MANY messages. Even i feel upset to reply that messages! aaarghh… >_<“
Anyway, sekali lagi kalimat yang terlintas dalam benak saya, “hidup itu jangan dipikirin, tapi dijalanin.” Yep, that’s TRUE. Sampai kapan pun, kalau sesuatu hal itu hanya dipikirkan tanpa ada action alias NATO [No Action Think Only], kita nggak bakalan menghasilkan apa-apa. You only get the BIG ZERO! Apart from that, to much think will make u look too old. Apalgi buat yang cewek-cewek! Umur dua puluh saja kerutan di kening sudah dua, lha kalau di usia yang ke tigapuluh, jadi tiga dong kerutannya!!? Hey, you just say, NO WAY!!!
Jadi, jalani hidup ini. Think what you wanna think, do what you wanna do, because your life is once. Don’t waste it 😀

© Dila @ 02.55 AM

The Great Night!

Glad to hear his voice tonight! Very nice, very comfortable. His words make me ‘crazy’ and fly…:D Malam yang bikin saya senang karena dialog yang cukup menyenangkan antara saya dan dia. Nggak tau kenapa malan ini saya merasa dekat sekali dengannya [walau kenyataan, kami dipisahkan oleh darat dan lautan]. We talk about us in future. Itu yang saya suka. A commitmen! Something that make me believe about love, about distiny, about mariage 🙂
Terdengar terlalu dini untuk menyebutkan itu, tapi lebih baik memikirkan hal tersebut sedini mengkin daripada kandas di tengah jalan. Saya semakin yakin padanya. Keyakinan itu juga membuat saya semakin menaruh harapan. Tampaknya malam ini saya akan tidur dengan indah. Saya harap dia juga demikian. I love you so much, please don’t leave me, begitu kata-katanya padaku di ujung pembicaraan. Dengan yakin saya menjawab, i love you too, baby, i won’t leave you. I always  with you, together, forever…… 🙂
Amin…..

Previous Older Entries