Oleh: Novia Faradila
Masih adakah yang tak mengenal capucinno cincau saat ini? Tampaknya, jenis minuman yang satu ini telah masuk drink list favorit warga kota Pekanbaru. Capcin, begitu anak muda Pekanbaru sering menyebutnya. Minuman, pada hakikatnya bermanfaat untuk menghilangkan dahaga. Lantas, apakah capucino cincau ini memiliki ‘kemampuan’ itu? Atau hanya tren belaka?Beberapa bulan belakangan cappucino cincau telah menjadi idola baru warga Pekanbaru dan sekitarnya. Tak banyak yang mengira. Cappucino yang merupakan minuman khas Italia, dapat dikreasikan dengan cincau, minuman penyegar dari Cina. Alhasil, minuman yang satu ini tak hanya menambah deretan minuman yang telah ada, namun kehadirannya juga telah membuka wadah pekerjaan bagi masyarakat yang ingin mengadu untung dengan menjual minuman tersebut.Setiap sajiannya, harga cappucino cincau bervariasi antara Rp5.000 hingga Rp10 ribu. Tingkat harga tersebut menjadi salah satu aspek penting bagi para pedagang untuk menarik minat para konsumennya. Tak hanya itu, tempat berjualan, cita rasa, dan kreasi dari minuman tersebut juga menjadi aspek penentu lainnya.Kepraktisan, merupakan salah satu alasan maraknya pedagang cappucino cincau. Dilihat dari cara penyajiannya, pembuatan capuccino cincau terbilang unik dan mudah. Cappucino serbuk diblender dengan es batu, lalu dicampur dengan potongan cincau kecil-kecil dan ditambah sedikit susu cair.Selain itu, dalam menjual cappucino cincau pun tidak membutuhkan biaya besar. Tempat berjualan biasanya hanya memakai sebuah etalase atau gerobak kecil. Masyarakat biasanya memanfaatkan badan jalan untuk lokasi berjualan. Pedagang cappucino cincau menjamurDaya tarik cappucino cincau membuat masyarakat tergoda untuk membuka usaha minuman ini. Seperti usaha cappuccino cincau milik Via. Usaha yang dijalaninya sejak satu bulan belakangan ini merupakan usaha milik sendiri. Bertempat di depan Pasar Panam Jalan HR Soebrantas, Via menjajakan dagangannya mulai dari pagi hingga sore hari.Menurut Via, cuaca mempengaruhi penghasilannya dalam berjualan cappucino cincau. Saat disinggung mengenai persaingan yang makin ketat, Via mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut. ‘’Usaha cappucino yang menjamur tidak jadi masalah, karena rasa yang ditawarkanlah yang menjadi daya tarik pembeli,’’ ungkapnya kepada Tekad, Minggu (18/03) lalu. Keberadaan minuman yang satu ini belum dapat dipastikan kelangsungannya. Namun, Via mengatakan dia akan tetap melanjutkan usaha cappuccino cincaunya meski minuman tersebut suatu saat tidak marak lagi. ‘’Ini kan minuman es, jadi orang akan tetap mau,’’ ujarnya.Lain halnya dengan Via. Anna, penjual cappuccino cincau yang juga sebagai Mahasiswi di Jurusan Manajemen Informatika ’10 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UR mengaku berdagang cappuccino cincau karena kebutuhan ekonomi, untuk tambahan uang saku. ‘’Awalnya dikasih orang tua modal agar dikembangkan untuk biaya kuliah. Sekarang kebanyakan orang jual capucino cincau, makanya saya coba aja jual capucino cincau,’’ terangnya, Selasa (20/03). Anna yang menjual cappucino cincau di jalan Merpati Sakti Panam ini mengaku sejauh ini dagangannya mendapat tanggapan positif baik dari teman atau masyarakat sekitar. ‘’Alhamdulillah, sudah hampir mencapai balik modal selama sudah hampir satu bulan jualan,’’ ungkap Anna yang memilki modal awal sebesar Rp3,5 juta.Senada yang diungkapkan Via, Anna juga mengaku akan tetap meneruskan usahanya, ‘’Insyaallah kami akan tetap bertahan selama modalnya masih ada,’’ akunya.Kreasi dan diferensiasiMaraknya pedagang cappucino cincau membuat sebagian pedagang mulai melakukan kombinasi rasa. Cappucino cincau dihadirkan dengan performa baru dengan mencampurkan perasa durian, cadburry, atau nangka. Tak hanya itu, ada pula yang mengkreasikan kolak dingin (kolding) langkat dengan cappucino sebagai kuahnya. Sehingga dinamakan cappucino langkat.Diferensiasi tersebut dilakukan oleh Anna. Dia menjelaskan, isi dari capucino langkat ini, merupakan campuran dari cincau, mata ikan, kacang merah, ketan, dan gula merah. ‘’Minuman tersebut seperti kolding langkat tapi menggunakan capucino untuk kuahnya. Selain itu, ada juga yang memanfaatkan momentum cappucino cincau dengan menjual makanan ringan seperti kentang goreng dan pop corn. Hal tersebut dilakukan hanya untuk menarik minat pembeli.Seperti halnya Yuliana (32). Yuli yang menjajakan cappucino cincau di sisi jalan HR Soebrantas Panam ini juga menawarkan pop corn kepada konsemen. Menurutnya, makanan yang terbuat dari jagung tersebut sangat cocok bila dinikmati dengan cappucino cincau.‘’Awalnya saya memang menjual cappucino cincau saja. Tapi, saya rasa sayang kalau hanya satu produk saja yang dijual, makanya saya juga menjual pop corn ini. Minum cappucino cincau sambil makan pop corn kan asyik. Cocok lah untuk santai,’’ ujarnya kepada Tekad belum lama ini. Tanggapan masyarakatKehadiran cappucino cincau pun memunculkan berbagai tanggapan dari masyarakat yang pernah mencicipinya. Seperti halnya Vika Mahasiswi Ilmu Komunikasi (Ikom) ’09 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poiliti (FISIP UR). Menurt Vika, dia termasuk penyuka cappucino cincau. ‘’Lumayan, untuk ganti selera, dari pada cappucino biasa,’’ katanya kepada Tekad, Senin (03/04) lalu.Lain halnya dengan Arini Al Haq. Mahasiswi Ikom ’09 ini menilai cappucino cincau merupakan minuman yang biasa saja. Hal tersebut, kata Arini, dikarenakan rasa cappucino cincau yang dibelinya berubah-ubah. ‘’Saya pernah membeli cappucino cincau dan merasa seperi ada pasir di dalamnya. Memang semuanya tergantung dari pedagang juga,’’ ujarnya.Cappucino cincau ditilik dari segi Ilmu EkonomiFenomena cappucino cincau pun mendapat tanggapan dari Edyanus Herman Halin Dosen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas (Fekon Riau). Menurut dia, menjamurnya cappucino cincau saat ini merupakan salah satu bentuk kreatifitas masyarakat. ‘’Dulu mana ada kita berpikir kalau cappunico bisa dicampur dengan cincau,” ujarnya kepada Tekad belum lama ini.Menurut Edyanus, masyarakat memang harus berpikir kreatif untuk mencari peluang bisnis. Dia menjelaskan, jumlah manusia yang cukup banyak saat ini akan menimbulkan tingginya tingkat kebutuhan dan persaingan hidup. ‘’Tapi, semakin banyak jumlah penduduk, kebutuhan semakin banyak, pasar juga semakin besar. Jadi sejalan semuanya,’’ imbuhnya. Namun, menurut Edyanus, fenomena cappucino cincau saat ini tak terlepas dari kebiasaan masyarakat yang cenderung latah. Banyaknya para pedagang cappucino cincau mengakibatkan semakin sempitnya peluang pasar. Untuk itu, katanya, para pedagang membutuhkan teknik persaingan yang lebih baik dalam menawarkan dagangannya.‘’Pedagang bisa memberikan rasa yang lebih enak, pelayanan yang lebih baik, tampilan yang lebih bagus, dan mungkin harus dicari tempat-tempat yang lebih dekat dengan custumer,’’ katanya.Mengenai kecenderungan masyarakat yang menjual cappucino cincau di pinggir jalan, Edyanus menyatakan hal tersebut merupakan tugas dari pihak kesehatan untuk mengawasi para pedagang. Edyanus menyatakan aparat kesehatan dapat melakukan pengawasan apakah higienis atau tidak untuk dikonsumsi masyarakat.‘’Pedagang juga harus berfikir untuk membuat bisnis yang layak dikonsumsi massyarakat. Kalau tidak nanti bisa bermasalah,’’ imbuhnya.Saat tanyakan mengenai eksistensi cappucino cincau ini, Edyanus yang juga mengaku telah mencicipi cappucino cincau ini menyatakan usaha minuman tersebut tetap ada sepanjang pembelinya juga masih ada. Bisnis kata Edyanus tidak ada yang statis sehingga jika ada yang membeli sebuah produk, makan orang masih bisa melakukan bisnis tersebut.‘’Sepanjang pedagang masih bisa mempertahankan konsumen dan memenuhi selera, konsumen akan beli. Ya, kalau orang sudah bosan mungkin akan dicari lagi produk lain yang lebih menarik,’’ kata Edyanus.[]
► Comments